Inna al-mu’mina idza adznaba dzanban kaana nuktatan sawdaa’a fii qalbihi, fa-in taaba wa nazagha wasta’taba shuqila qalbuhu, wa in zaada zaadat hatta ta’luka qalbahu.
(Sesungguhnya orang yang beriman itu, apabila melakukan suatu dosa, maka ternodai oleh noda hitam di dalam hatinya. Apabila dia bertaubat, berhenti dan meninggalkan (maksiat tersebut), maka hatinya akan cemerlang kembali. Apabila dia menambah (dosa itu), maka noda hitam itu akan bertambah sehingga menutupi hatinya (HR. Al-Nasa’i dan al-Tirmidzi, hadis Hasan Shahih).
Ibaratnya setiap kali kita melakukan dosa, maka akan tercetak noda hitam satu titik di hati, kalau dosa itu terus dilakukan maka titik hitam itu akan bertambah banyak, sehingga pada gilirannya hati itu akan tertutupi dengan titik-titik hitam. Tetapi kalau kita bertobat, hati akan bersih kembali. Dalam hadis disebutkan bahwa: bertakwalah kalian kepada Allah di mana pun kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik (HR.Ahmad, Tirmidzi, dan al-Hakim). Jadi perbuatan baik yang mengikuti setiap perbuatan dosa akan mengahapuskannya, dosanya terhapus laksana terdelet.
Noda inilah yang disebutkan oleh Allah dalam (QS. Al-Muthaffifin, 83: 15) ”Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.”
Jadi dosa ditandai dengan titik hitam di hati; tambah banyak dosa tambah penuh titik-titik hitam di hati. Seandainya dosa itu dibalas dengan bisul kecil, satu dosa balasannya satu bisul kecil di tubuh, maka mungkin tidak terlalu lama tubuh kita akan penuh dengan bisul-bisul kecil. Mungkin akan menakutkan, membuat malu, karena terlihat oleh orang lain. Orang yang banyak dosanya, pasti akan banyak pula bisul menutupi tubuhnya. Untungnya bukan bisul !
Untuk menuju takwa, kesucian hati, langkah berikut perlu diamalkan, yaitu: taubat, muraqabah, muhasabah, dan mujahadah. Taubat artinya kembali ke posisi normal; kalau ada dosa segera ingat Tuhan, minta ampun kepadanya, dan jangan ulangi berbuat dosa itu lagi. Muraqabah, artinya selalu merasa di bawah pengawasan Tuhan kapan dan di mana pun kita berada. Di tempat ramai atau di tempat sepi, di siang bolong atau di malam kelam, kita tetap berada di dalam pengawasan Tuhan. Muhasabah, artinya menghitung-hitung besar mana pahala atau dosa kita. Kalau masih lebih besar dosa, segeralah bertobat. Mujahadah, artinya perang terhadap hawa nafsu. Salah satu tujuan utama puasa adalah agar kita terbiasa mampu mengendalikan hawa nafsu dalam situasi dan kondisi apapun.
Nafsu menurut tabiatnya selalu condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, senantiasa mengajak kepada kejelekan. Firman Tuhan: ”Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” (QS. Yusuf, 12: 53).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar