Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Israa’ , 17: 1).
Ayat diatas menggambarkan kemahakuasaan Allah kepada umat manusia. Allah telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad saw) dari masjidil Haram di Mekkah menuju ke masjidil Aqsha di Palestina, hanya dalam waktu 1 malam. Tentu kejadian ini tidak dapat diterima secara akal manusia, mengingat jarak antara Mekkah dan Palestina adalah ±1350 km. Terlebih lagi perjalanan tersebut dilanjutkan menuju ke Sidratil Muntaha, yang terjadi pada malam itu juga. Suatu hal yang mustahil dan mengada-ada unutuk zaman saat itu. Ketidak-mungkinan inilah yang membuat kaum kafir Quraisy menolak terhadap peristiwa Isra’-Mi’raj Nabi, dan menganggap Nabi Muhammad saw sebagai pembohong besar, yang pandai mengarang cerita. Karena ini adalah sesuatu yang memang tidak mungkin dapat terjadi, jika ditelaah berdasarkan akal nyata. Disinilah letak kemahakuasaan Allah yang Maha Mungkin jika Dia berkehendak.
Dalam masyarakat modern, manusia lebih banyak tidak dapat menerima suatu kejadian tanpa adanya pembuktian secara ilmiah. Mungkin didalamnya termasuk juga peristiwa Isra’-Mi’raj. Tidak akan mungkin terjadi dalam waktu satu malam sekalipun menggunakan alat transportasi yang super cepat. Terlebih lagi peristiwa itu terjadi pada zaman dimana teknologi belum sehebat zaman ini. Sehingga peristiwa ini memunculkan pertanyaan akan kebenarannya berdasarkan kajian ilmiah.
Sebenarnya ilmu pengetahuan alam (science), yang lebih terfokus pada cabang Fisika, dapat memberikan penjelasan terhadap kebenaran peristiwa Israa’-Mi’raj ini. Dipelopori oleh seorang pembaharu dibidang fisika, Albert Einstein, yang menawarkan konsep Relativitasnya mampu memberikan gambaran ilmiah terhadap peristiwa itu. Didalam konsep tersebut dijelaskan bahwa energi benda akan bertambah besar seiring dengan bertambahnya massa benda dan sebanding dengan kuadrat kecepatan cahaya (E=m.c2). Sehingga sebuah benda kecil (atom) akan memiliki energi yang besar karena pengaruh dari kuadrat kecepatan cahaya c(besar c= 3x 108 m/s). Hal inilah yang melahirkan bom pembunuh massal, seperti yang terjadi di Nagasaki dan Hiroshima, Jepang 1945. Seiring dengan perkembangannya, teori relativitas ini menghadirkan konsep kenisbian waktu, atau yang lebih dekenal dengan dilatasi waktu. Didalam teori ini diterangkan bahwa sebuah benda yang berada dalam ruang yang bergerak dengan kecepatan mendekati atau sama dengan kecepatan cahaya akan memiliki usia jauh lebih panjang, dibandingkan dengan benda lain yang berada dalam ruang atau dimensi waktu bumi. Kebenaran teori ini telah dibuktikan oleh Frisch dan Smith, dengan melakukan pengukuran terhadap partikel muon yang datang ke bumi sebagai salah satu partikel kosmik. Partikel yang bergerak dengan kelajuan lebih besar akan mempunyai usia lebih panjangdibandingakan dengan partikel muon yang bergerak dengan kelajuan lebih rendah. Perbedaan usia oleh teori dilatasi waktu diungkapkan secara matematis dengan 1–(v2/c2) =(Dt/Dt’)2. Dari persamaan ini terlihat bahwa jika benda dengan kecepatan v bergerak sama dengan kecepatan cahaya, maka akan menyebabkan perbedaan waktu Dt’ bernilai tak berhingga (unlimited). Artinya perbedaan waktu terukur antara waktu bumi dengan waktu benda dalam kecepatan cahaya sangat besar atau tak dapat teramati. Lebih jelasnya, pahami argumen berikut. Seseorang, misal A, berada dalam pesawat yang bergerak dengan kecepatan 0,75c. Ketika itu ia berusia 20 tahun. Maka 10 tahun kemudian berdasarkan kita yang berada di bumi usia A adalah 30 tahun. Tetapi tidak menurut A. Berdasarkan perhitungan rumus dilatasi waktu diatas akan diperoleh Dt sebesar 6,6 tahun. Ini menunjukkan bahwa menurut A, usianya bukan 30 tahun, tetapi 26,6 tahun lebih muda 3,4 tahun. Nah bagaimana jika A berada dalam pesawat yang bergerak mendekati kecepatan cahaya atau bahkan melebihi kecepatan cahaya. Tentu ini akan membuatnya semakin lebih muda.
Demikianlah kiranya Allah memperjalankan hamba-Nya dari tempat-tempat yang terpisah dengan jarak yang tidak dekat, hanya dalam tempo satu malam, yang menurut kita tidak mungkin. Ini menunjukkan kepada kita akan kemahakuasaan Allah yang menggenggam langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Ingatlah bahwa satu hari disisi Allah adalah 1000 tahun menurut perhitungan kita (manusia).
Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu(QS. Al-Hajj: 47). Ayat ini memberitahukan pada kita bahwasannya, suatu perjalanan yang membutuhkan waktu 1000 tahun bagi kita, bagi Allah hanya dapat dilakukan dalam satu hari saja. Dari sini dapat dianalogikan berdasarkan teori deret matematika, bahwa seharusnya jarak tempuh antara Mekkah dan Palestina membutuhkan waktu 3-5 hari bagi kita, maka bagi Allah cukup beberapa detik saja.
Teorema diatas mengungkapkan teori relativitas dalam dimensi waktu. Nah, bagaimana dalam kajiannya terhadap jarak tempat yang teramat jauh (±1350 km). Adanya dilatasi waktu yang dipengaruhi oleh gerak relatif, akan berpengaruh juga pada pengukuran panjang (jarak). Peristiwa pengerutan panjang ini disebut dengan kontraksi Lorentz, yang dirumuskan dengan1 – (v2/c2) = (L’/L)2. Dengan demikian jika A (contoh diatas) menempuh jarak 1000 km dalam pandangan kita, maka menurutnya ia telah menempuh jarak 660 km, lebih dekat 340 km.
Dalam bahasan lain, yaitu pada toeri Matrik dan Ruang Vektor, dijelaskan bahwa, sebuah benda yang berada pada ruang 3 jika ia merentang di ruang 4, maka benda tersebut dapat teramati oleh pengamat yang berada di ruang 4. Tetapi pengamat yang berada diruang 3 tidak dapat mengamati benda yang berada di ruang 4. Manusia yang hidup pada dimensi 4 (dimensi ruang dan waktu) tidak mungkin dapat membuat benda untuk ditempatkan pada ruang 5, tetapi manusia bisa membuat benda 3D, 2D, atau 1D. Demikianlah Allah yang menguasai segala ruang dimensi alam semesta (langit dan bumi), sanggup melihat dan mengetahui apa-apa yang ada didalamnya.
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? (QS. Maryam: 65).
Dari sajian diatas, akan menimbulkan pertanyaan baru dalam hati manusia yang belum puas terhadap peristiwa Isra’-Mi’raj. Mereka akan beranggapan bahwa, Tuhan (baca Allah) berada dalam ruang yang bergerak dengan kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya. Argumen ini mungkin benar jika mengacu pada teori relativitas Einstein. Akan tetapi tentang keberadaan-Nya, hanya Dialah yang Maha Mengetahui. Dalam kajian waktu, ada tiga katagori pengelompokan waktu, yaitu past, present, dan future (masa lalu, sekarang dan masa akan datang). Sebagai orang muslim tentu kita sepakat bahwasannya Allah menguasai tiga keadaan waktu tersebut. Dialah Allah yang mengetahui masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. …….Dan Allahlah yang Maha Mengetahui, dan kamu tidak mengetahui (QS. Al-Baqarah: 232)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, peristiwa Isra’-Mi’raj dapat diterima kebenarannya bedasarkan kajian ilmiah (Fisika). Dialah Allah yang maha mungkin, dan Maha Pintar dalam segala urusan. Dan apa-apa yang telah dituduhkan oleh orang-orang kafir terhadap Rasulullah saw hanyalah sebuah olok-olokan guna menjatuhkan Nabi.
Peristiwa Isra’-Mi’raj, selain menunjukkan tanda-tanda Kemahakuasaan Allah SWT, juga mengandung hikmah yang sangat besar yang dapat menguji kekuatan iman seseorang. Bukan hanya sekedar menyakini peristiwa tersebut dengan melakukan perayaan besar! Tetapi lebih dari itu. Pengamalan dari apa yang dibawa Rusulullah saw dalam peristiwa itu, (:perintah sholat), haruslah ditegakkan diatas amalan-amalan lain. Betapa pentingnya ibadah sholatsehingga Allah langsung menyampaikannya kepada Nabi secara langsung, tanpa melalui perantara malaikat Jibril as dalam peristiwa Isra’-Mi’raj. Bahkan setiap muslim dapat mengalami Mi’raj ketika ia sholat. Karena sholat adalah amal ibadah yang memberi kesempatan kepada kita untuk menanggalkan sifat kemanusiaan kita, menghadapkan hati dan pikiran kita hanya kepada Allah. Tentu saja bukan bertemu secara fisik, melainkan melihat dengan mata hati serta merasakan kehadiran-Nya secara intuitif. Orang bijak selalu mengingatkan pada kita, bahwa setiap orang islam harus bersyahadat minimal 9 kali dalam sehari. Syahadat dalam hal ini bukan hanya membacanya 9 kali tanpa melakukan ibadah lain. Ingat, bahwa di dalam sholat kita selalu besyahadat disetiap tahiyat, dan dalam 5 waktu sholat (dalam sehari) terdapat 9 kali syahadat. Nah, inilah yang dimaksud. Jadi bukan sekedar membaca 2 kalimat syahadat, tetapi seorang muslim haruslah mengerjakan sholat 5 kali dalam sehari, Ashar, Manghrib, Isya’, Subuh, dan Dhuhur.
Untuk itu marilah kita sandarkan hati kita pada nilai keimanan yang sesungguhnya, dengan berupaya menegakkan risalah yang disampaikan Nabi kepada kita ummat Islam, termasuk didalamnya menegakkan sholat dalam keseharian kita, karena sholat adalah tiang agama, dan amalan yang akan dihisab pertama kali. Sehingga kita tidak hanya tersibukkan untuk melakukan perayaan Isra’-Mi’raj dan mengabaikan makna (sholat) yang terkandung dalam peristiwa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar