1

Selasa, 30 Juli 2013

KISAH WAFATNYA RASULULLAH




Betapa mulia dan indahnya akhlak baginda Ya Rasulullah SAW mengingat kita ummatnya bahkan dissat belaiu sedang menghadapi sakratul maut sekalipun.

‘Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuahnya,
“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku”.

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

“Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah disebelah nabawi masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,

“Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”.
“Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,”tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. ” Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi.
“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.”
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya.
“Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”
Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummatii, ummatii, ummatiii!” -”Umatku, umatku, umatku” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa’alaihi wasahbihi wasallim. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak.

Subhannallah

DAPATKAN SEGERA UANG GRATIS DI INTERNET

Dapatkan kebahagiaan : 


KEUNTUNGAN BERLIPAT



TOUR KE MANCA NEGARA



KENDARAAN IMPIAN ANDA



UANG SEHINGGA RATUSAN JUTA RUPIAH



COBA SAJA...........



Bergabung Seperti Saya dan Ribuan Orang lainnya  bersama Dalam bisnis Advertising berbasis internet online bersama Bidvertiser, Point2 Shop dan Chitika



ikon BidVertiser, Point2 Shop dan CHITIKA di web ini :





AMALAN SUNNAH RASULULLAH BERBUKA PUASA

Ketika berbuka puasa sebenarnya terdapat berbagai amalan sunnah berbuka puasa yang membawa kebaikan dan keberkahan. Namun seringkali kita melalaikannya, lebih disibukkan dengan hal-hal lainnya. Hal yang utama yang seringkali dilupakan adalah do'a. Terlebih adalah doa buka puasa. Karena terburu-buru mendengar suara adzan langsung saja berbuka tanpa berdoa terlebih dahulu.

amalan berbuka puasa menurut sunnah Rasulullah, amalan berbuka puasa, Taman Berbagi

Dalam rangka mengikuti Sunnah-sunnah Rasulullah dalam Ramadhan ini maka berikut beberapa amalansunnah berbuka puasa yang telah dicontohkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu :
  1. Menyegerakan Berbuka. Pengertian menyegerakan berbuka adalah setelah tanda berbuka yaitu adzan Magrib dikumandangkan maka segera berbuka. Rasulullah shallallahu a'alaihi wa sallam bersabda mengenai keutamaan segera berbuka yaitu : "Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhari no 1957 - Muslim no.1098). Demikian tadi hadist keutamaan menyegerakan berbuka puasa bagi yang menjalakannya.
  2. Berbuka dengan rothb, tamr atau seteguk air.Sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas bin Malik di atas, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menyukai berbuka dengan rothb (kurma basah) karena rothb amat enak dinikmati. Namun kita jarang menemukan rothb di negeri kita karena kurma yang sudah sampai ke negeri kita kebanyakan adalah kurma kering (tamr). Jika tidak ada rothb, barulah kita mencari tamr (kurma kering). Jika tidak ada kedua kurma tersebut, maka bisa beralih ke makanan yang manis-manis sebagai pengganti. Kata ulama Syafi'iyah, ketika puasa penglihatan kita biasa berkurang, kurma itulah sebagai pemulihnya dan makanan manis itu semakna dengannya (Kifayatul Akhyar, 289). Jika tidak ada lagi, maka berbukalah dengan seteguk air. Inilah yang diisyaratkan dalam hadits Anas di atas.
  3. Sebelum makan berbuka, ucapkanlah 'bismillah' agar tambah barokah. Inilah yang dituntunkan dalam Islam agar makan kita menjadi barokah, artinya menuai kebaikan yang banyak. Rasulullah shallalalahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta'ala (yaitu membaca 'bismillah'). Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta'ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”." (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858, hasan shahih)
  4. Berdoa sebelum berbuka puasa dengan doa yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika telah berbuka mengucapkan: 'Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)'." (HR. Abu Daud no. 2357, hasan).
  5. Berdo'a secara umum ketika berbuka. Ketika berbuka adalah waktu mustajabnya do'a. Jadi janganlah seorang muslim melewatkannya. Manfaatkan moment tersebut untuk berdo'a kepada Allah untuk urusan dunia dan akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzholimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396, shahih). Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7: 194).
  6. Berdoa sesudah makan. Di antara do’a yang shahih yang dapat diamalkan dan memiliki keutamaan luar biasa adalah do’a yang diajarkan dalam hadits berikut. Dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,"Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath'amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu." (HR. Tirmidzi no. 3458, hasan)Namun jika mencukupkan dengan ucapan “alhamdulillah” setelah makan juga dibolehkan berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya Allah Ta'ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734) An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang mencukupkan dengan bacaan “alhamdulillah” saja, maka itu sudah dikatakan menjalankan sunnah.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17: 51)

Minggu, 28 Juli 2013

BAHAYA FITNAH BAGI KEHIDUPAN MANUSIA





Jika kita membuka dan membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia maka didapatkan defenisi dari FITNAH adalah :
Perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang)
Bagaimana dengan kata "FITNAH" yang sering kita dengarkan dan baca dalam kitab suci Al Qur'an...???
Pertama : FITNAH artinya Membakar dengan api.
{يَوْمَ هُمْ عَلَى النَّارِ يُفْتَنُونَ} [الذاريات: 13]
{إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ} [البروج: 10]
pada ayat diatas kata "فَتَنُوا" : "mem-FITNAH" maksudnya adalah membakar mereka (orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan) di dalam parit "yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar" [Al Buruj (85):5].
Kedua : FITNAH bermakna Ujian/Cobaan.
{وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً} [الأنبياء: 35]
Ketiga: FITNAH bermakna Akibat Buruk dari Keburukan
{وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ} [البقرة: 193]
{وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ} [الأنفال: 39]
pada ayat diatas kata "حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ" : "sehingga tidak ada FITNAH" maksudnya adalah "sehingga tidak ada SYIRIK" sebagaimana penafsiran yang paling tepat berkaitan dengan ayat ini, sebagai penguat adalah firman Allah Subhanahu wata'ala setelahnya "وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ : "dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah." karena ketaatan tidaklah dikatakan semata-mata hanya untuk Allah Subhanahu wata'ala kecuali jika tidak tersisa lagi ke-SYIRIK-an.
Alasan lain yang memperjelas hal tersebut karena orang-orang yang diperintahkan untuk diperangi dalam ayat diatas adalah orang-orang musyrik, para pelaku SYIRIK. sebagaimana dalam sebuah hadits, Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
أُمرتُ أن أُقاتلَ الناسَ حتى يقولوا: لا إلهَ إلا اللهُ
{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور:63]
FITNAH dalam ayat diatas bisa bermakna akibat buruk dari penyelisihan terhadap perintah Rasul utusan Allah yaitu dengan bertambahnya "kesesatan" pada orang yang bersangkutan.
Firman Allah Subhanahu wata'ala :
{كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}[المطففين:14]
{فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ}[الصف:5]
{فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا}[البقرة:10]
{وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ}[التوبة:125]
Ke-empat: Fitnah bermakna Alasan/Argumen (الحجة).
{ثُمَّ لَمْ تَكُن فِتْنَتُهُمْ إِلاَّ أَن قَالُواْ وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ}[الأنعام:23]
Demikianlah beberapa makna FITNAH yang terdapat dalam Al Qur'an, adapun makna FITNAH yang kebanyakan orang pahami bahwa FITNAH itu "perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang" adalah FITNAH secara Bahasa bukan secara Istilah Syari'at sebagaimana telah disebutkan diatas. Sehingga tidaklah pantas kata FITNAH yang mereka maksud dikuatkan dengan Firman Allah Subhanahu wata'ala :
{{وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ}[البقرة:191]
karena kata FITNAH pada ayat diatas maknanya adalah "Akibat buruk dari keburukan" sesuai poin ke tiga, sebagaimana yang disebutkan dalam tafsir dan sebab turunnya bahwa ayat tersebut maknanya adalah : "Kesyirikan dan menghalangi manusia dari Agama Allah itu lebih besar bahayanya dibandingkan dengan pembunuhan"
Al Allamah As-Sa'di Rahimahullah dalam tafsirnya berkaitan dengan ayat tersebut mengatakan :
"Ketika peperangan yang terjadi di Masjidil Haram dianggap sebagai mafsadah/kerusakan yang terjadi di Negeri Haram tersebut, maka Allah Subhanahu wata'ala memberitakan bahwa sesungguhnya mafsadah/kerusakan yang diakibatkan oleh FITNAH berupa ke-SYIRIK-an dan menghalangi manusia dari Agama Allah, itu lebih besar bahayanya dibandingkan dengan mafsadah/kerusakan yang diakibatkan oleh pembunuhan."
Wallohu a'alam.
Sumber Rujukan :
Ketika seseorang menyebutkan kata "FITNAH" apa yang terbersit didalam benak anda...???
Apa makna FITNAH yang dimaksud orang tersebut...???
Apakah maknanya sama seperti makna diatas...???
Ketika kita membaca dan menelaah Al Qur'an, maka akan didapati empat (4) pengertian dari kata "FITNAH"
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
"(Hari pembalasan itu ialah) pada hari ketika mereka di-FITNAH di atas api neraka."
pada ayat diatas kata "يُفْتَنُونَ" : "di-FITNAH" maksudnya adalah diadzab atau dibakar (dengan api).
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang yang mem-FITNAH orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan"
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai FITNAH."
pada ayat diatas kata "فِتْنَةً" : "FITNAH" maksudnya adalah "cobaan"
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
{وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا * لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ} [الجن: 16، 17]
"Dan bahwasanya: jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). Untuk Kami FITNAH mereka padanya."
pada ayat diatas kata "لِنَفْتِنَهُمْ" : "Untuk Kami FITNAH mereka" maksudnya adalah "Untuk Kami beri COBAAN kepada mereka"
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
"Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada FITNAH lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah."
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada FITNAH dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah."
"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka mengucapkan لا إلهَ إلا اللهُ (tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah)"
Syirik merupakan akibat buruk yang terjadi ketika tidak diperanginya orang-orang musyrik
Contoh berikutnya yang menunjukkan bahwa FITNAH bermakna akibat buruk dari suatu keburukan adalah firman Allah subhanahu wata'ala :
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa FITNAH atau ditimpa azab yang pedih."
FITNAH dalam ayat diatas juga bisa bermakna COBAAN sebagaimana makna FITNAH pada poin kedua diatas.
Namun makna yang paling dekat dari kata FITNAH pada ayat diatas adalah "Akibat buruk dari keburukan" yaitu bertambahnya kesesatan karena penyelisihan mereka terhadap perintah Allah Subhanahu wata'ala dan perintah Rasululullah Shollallahu 'alaihi wasallam. Makna seperti ini yaitu adanya akibat buruk dari suatu keburukan dikuatkan banyak ayat dalam Al Qur'an diantaranya :
"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka."
Firman Allah Subhanahu wata'ala :
"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka"
Firman Allah Subhanahu wata'ala :
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya"
Firman Allah Subhanahu wata'ala :
"Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)"
Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wata'ala :
Kemudian tiadalah FITNAH mereka, kecuali mengatakan: "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah".
Menurut sebagian ulama, maksud dari ayat tersebut adalah : Kemudian tiadalah alasan/argumen mereka, kecuali mengatakan: "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah".
"Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan"
كلمة "الفتنة" في القرآن العظيم
Maktabah Syamilah
Terjemah Al Qur'an
Kamus Bahasa Arab V2.0.1
KBBI

Sabtu, 27 Juli 2013

MENGHITUNG NIKMAT ALLAH ARRAHMAN



Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapatmenentukan jumlahnya.

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi MahaPenyayang.”(Al-Quran Al-KarimSurah An-Nahl [16]: ayat 18)Sesungguhnya kita tidak akan mampu menghitung nikmat Allah. Mengapatidak akan dapat menghitungnya ? Karena terlalu BESARNYA.... 

Segala puji bagi Allah, belum sempat bibir kita mengucap syukur kepada Allah ketika nikmat itu datang, maka datang lagi nikmat Allah yang lainnya. Betapa besarnya nikmat Allah. Sesungguhnya bagitu banyak Nikmat Allah yang dicurahkan kepada kita hamba-Nya, antara lain Nikmat Keimanan dan Keislaman, Nikmat Hidayah, Nikmat Kesehatan,Nikmat Harta dan Kesempatan, bahkan yang sering terlupakan hidup, kehidupan dan setiap mikrogram oksigen yang kita hirup untuk kehidupan kita  semuanya adalah Nikmat Allah Yang Maha Besar bagi kita hamba-Nya yang disayanginya...

Begitulah BESARnya kasih sayang Allah dan Nikmat serta Cinta-Nya bagi kita, pertanyaannya adakah kita membalas kasih sayang, Nikmat dan cinta Allah yang telah diberikannya kepada kita dengan senantiasa bersyukur dan beribadah kepada-Nya..Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui bahwa begitu KIKIR, PELIT, KEDEKUT-nya kita membalas Kasih Sayang, Nikmat dan Cinta-Nya walau hanya dengan seulas dan sepatah kata terlebih lagi tindakan nyata bahkan jangan berbagi bagi sesama, mengasihi diri sendiri dari Azab-Nya pun terkadang kita terlupa..رَبَّنا ظَلَمنا أَنفُسَنا وَإِن لَم تَغفِر لَنا وَتَرحَمنا لَنَكونَنَّ مِنَ الخٰسِرينَRabbana dzalamna anfusana wa illam taghfirlana watarhamna lana kunanna minal khasirin.Wahai saudaraku, kita tidak akanmampu menghitung nikmat Allah. Mengapa
tidak bisa? Karena terlalu BESARNYA.... Segala puji bagi Allah, belum sempat
bibir kita mengucap syukur kepada Allah ketika nikmat itu datang, maka datang
lagi nikmat Allah yang lainnya. Betapa besarnya nikmat Allah.
BEBERAPA NIKMAT ALLAH :
[1] Diberikan anggota tubuh yang lengkap. Sebagian besar orang baru
menyadari kenikmatan ini setelah dikurangi oleh Allah. Nikmat anggota badan
ini, akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah.
[2] Diberikan kesehatan. Nikmat ini tidak bisa dinilai dengan uang. Jika
kita sakit, berlembar-lembar uang kita keluarkan. Dua kenikmatan yang
kebanyakan manusia lupa : sehat dan waktu luang.
[3] Nikmat harta. Orang yang bersyukur kepada Allah akan menggunakan harta
sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
[4] Nikmat Keamanan. Orang yang tidak mencampurkan keimanan dan kedholiman
maka baginya ‘keamanan’. Dengan
nikmat keamanan ini, kita bisa beribadah ataupun menuntut ilmu dengan perasaan
tenang.
[5] Hidayah beragama Islam dan nikmat iman. SUBHAANALLAH !!, ini adalah nikmat
yang paling besar. Mengapa demikian? Karena dengan nikmat ini kita bisa
membedakan kejahatan dan kebaikan, mana yang diperbolehkan oleh agama atau
manakah
yang tidak diperbolehkkan.
Namun, kebanyakan manusia itu dholim. Sedikit sekali manusia yang
bersyukur, mereka mengkufuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Katakanlah: ”Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran,
penglihatan dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.
(Al-Quran Al-Karim Surah Al-Mulk [67]: ayat 23)
Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan perasaan bersyukur kepada Allah sehingga
mengantarkan kita untuk bersyukur kepada-Nya.
CARA MENUMBUHKAN PERASAAN SYUKUR :
[1] Merenung (bukan membayangkan).
[2] Lihatlah yang memberi nikmat, bukan besar kecilnya nikmat. Jika engkau
mendapatkan nikmat dari Allah, jangan lihat besar kecilnya nikmat, tapi
lihatlah yang memberi nikmat (Rabbul ’alamin).
[3] Lihatlah yang berada di bawah kita (kaitannya dengan nikmat)
[4] Ingatlah keutamaan syukur. Orang beriman yakin, jikalau bersyukur
kepada Allah, maka akan mendapatkan keutamaan.
[5] Sadarilah bahwa yang mampu memberikan hidayah untuk bersyukur hanyalah
Allah semata.
CARA MENSYUKURI NIKMAT ALLAH :
[1] Hatinya tunduk, dan meyakini bahwa kenikmatan itu pemberian Allah. Hati
itu untuk ma’rifah (mengenal Allah) dan mahabbah (mencintai
Allah). Tanamkan dalam hati bahwa nikmat itu dari Allah semata.
[2] Lisannya memuji Allah. Jika diberi nikmat, maka hakikatnya itu adalah
nikmat dari Allah, maka pujilah Allah. Ucapkan pula, jazakumulloh khoiron
kepada orang yang
telah memberikan bantuan dan perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah. Hasan
al-Bashriy berujar, ”Perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah. Sesungguhnya
itu adalah kesyukuran.”
[3] Anggota tubuhnya melaksanakan ketaatan kepada Allah. Dalam hal ini anggota
badan dijadikan
sebagai sarana untuk taat kepada Allah dan mencegah dari maksiat kepada-Nya.
Ketika Abu Hazim ditanya mengenai bentuk syukurnya anggota-anggota badan,
maka ia memberikan jawaban-jawaban. Syukurnya dua mata itu, jika melihat
kebaikan, sebarkanlah, dan jika melihat keburukan, tutupilah! Syukurnya dua
telinga itu, jika mendengar kebaikan peliharalah, dan jika mendengar keburukan
cegahlah! Syukurnya dua tangan, janganlah tangan itu digunakan untuk mengambil
barang yang bukan haknya, juga penuhilah hak Allah yang ada pada keduanya!
Syukurnya
perut, hendaknya makanan ada di bagian bawah, sedangkan yang atas dipenuhi
dengan ilmu. Syukurnya kemaluan, terdapat dalam firman Allah,
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri
mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini
tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas.
(Al-Quran Al-Karim Surah Al-Mu’minun [23]: ayat 5-7)
Syukurnya
dua kaki, jika kamu melihat seseorang yang shalih meninggal, kamu bersegera
meneladani amalannya; dan jika mayit orang yang tidak baik, kamu bersegera
untuk menjauhkan diri dari amal-amal yang dia kerjakan, kamu bersyukur kepada
Allah! Sesungguhnya
orang yang bersyukur dengan lisannya itu seperti orang yang memiliki pakaian
tetapi ia hanya memegang ujungnya, tidak memakainya. Maka ia pun tidak
terlindungi dari
panas, dingin, salju, dan hujan.

KEUTAMAAN BERSYUKUR KEPADA ALLAH
[1] Syukur adalah sarana menambah kenikmatan. Ali bin Abi Thalib ra. pernah
berkata, Sesungguhnya nikmat itu berkaitan dengan syukur dan syukur itu
berkaitan dengan mazid (penambahan nikmat), keduanya tidak bisa
dipisahkan, maka mazid dari Allah tidak akan terputus sampai terputusnya
syukur dari hamba.
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu
memberitahukan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu kufur (mengingkari nikmat-Ku), maka
sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih".
(Al-Quran Al-Karim Surah Ibrahim [14]:
ayat 7)
Allah
menjadikan tambahan bergantung kapada kesyukuran dan tambahan dari-nya adalah
tambahan yang tiada batas, sebagaimana syukur itu sendiri juga tiada batas.
[2] Syukur adalah sebab keridhoan Allah disebabkan pemanfaatan nikmat itu
sebagai sarana ibadah.
[3] Syukur menghalangi turunnya adzab. Sebagaimana diterangkan dalam
Al-Qur’an,
Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu
bersyukur dan beriman ?
Dan Allah adalah Maha Mensyukuri*) lagi Maha Mengetahui.
(Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nisaa’ [4]:
ayat 147)
Tatkala iblis – musuh Allah Subhanahu
wa Ta’ala – mengerti nilai syukur, bahwa ia merupakan maqam tertinggi dan
termulia, maka iblis pun mencanangkan tujuan akhirnya yaitu
mengusahakan terputusnya manusia dari bersyukur. Diterangkan bahwa iblis
berkata :
”Lalu aku akan mendatangi mereka dari
depan, dari belakang, dari samping kanan dan dari samping kiri. Sehingga Engkau
tidak akan mendapati kebanyakan
mereka pada bersyukur (taat).”
(Al-Qur’an Al-Karim Surah Al-A’raaf [7]:
ayat 17)
Dalam Surah Saba’ disebutkan bahwa orang-orang yang bersyukur itu sedikit.
“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang pandai
bersyukur.”
(Al-Quran Al-Karim Surah Saba’ [34]: ayat 13)
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengajarkan doa agar
diberikan taufik untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, sebagaimana dalam hadits shahih diriwayatkan Imam Ahmad, Al-Hakim,
An-Nasa’iy, dan Imam An-Nawawy, Rasulullah memberikan nasihat kepada Mu’adz :
Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu. Maka di setiap penghujung shalat
janganlah kamu lupa membaca “Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika
wa husni ‘ibaadatika” (Ya Allah, tolonglah aku agar selalu ingat kepada-Mu,
bersyukur kepada-Mu, dan baik ibadahku kepada-Mu).

Ya Allah Ya Tuhan kami, kami sungguh telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami maka niscaya kami termasuk golongan orang yang merugi.Ampunkan kami Ya Rabbana Sungguh kami adalah Hamba-Mu yang hina..Hanya Engkau-lah yang dapat menolong kami dan mengangkat derajat kami, Hanya kepada-Mu lah kami berharap...Audzubillahi minasysyaithonirrojim. 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.Hamdan syakirin, hamdan na’imin, hamdan yu’afi niamahu wayukafi mazidah. Ya Rabbana lakal hamdukamayambaghi liljalali wajhikal karimi wa’adzimi sulthonik.
Ya Allah ya Tuhan kami, segala puji untukMu, pemelihara alam semesta. Segala puji atas karunia dan kenikmatan yang Engkau limpahkan kepada kami. Segala puji atas keagunganMu, segala puji atas kemuliaanMudan kekuasaanMu. Limpahkanlah shalawat dan salam kepaa junjungan kami nabi muhammad saw dan para pengikutnya sampai di akhir zaman.
Rabbana atina fiddunya hasanah, wafil akhirati hasanah, waqina adzabannar.
Ya Allah Ya Tuhan kami, limpahkanlah kepada kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab api nerakaMu.
Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira. Allahummaghfir lil muslimina wal muslimat, wal mu’minina mal mu’minat, alahyaai minum wal amwat, innaka ‘ala kullisyai’in qadir.
Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah kami, ampunilah kedua orang tua kami, ampunilahsaudara-saudara kami, kerabat, musllimin muslimat, mu’minim mu’minat baik yang masih ada maupun yang telah wafat. Kasih sayangilah kedua orang tua kami sebagaimana mereka telah menyayangi kamiwaktu masih kecil.
Rabbana hablana min azwajina wadurriyatina qurrata a’yun waj’alna lil muttaqina imama. Robbi yidni ‘ilma warzuqni fahmah.
Ya Allah Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami isteri, suami, anak-anak dan keturunan sebagai penyejuk mata dan penenang hati. Jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.
Allahumma arinal haqqa haqqa waryuqnatibaah waarinal batilabatila warzuqnaj tinabah.
Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar adalah benar dan berikan kepada kami kekuatan dn kemampuan untuk menjalankannya, serta tunjukkan bahwa yang salah adalah salah dan berikan kami kekuatan dan kemampuan untuk meninggalkannya.
Rabbana dzalamna anfusana wa illam taghfirlana watarhamna lana kunanna minal khasirin.
Ya Allah Ya Tuhan kami, kami sungguh telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami maka niscaya kami termasuk golongan orang yang merugi.
Rabbana latuzigh qulubana ba’da idzha daitaha wahablana minladunka rahmah, innaka antal wahhab.
Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau tunjukkan kebenaran cahaya NurMu kepada kami. Karuniakanlah rahmat dari sisiMu karena sesungguhnya Engkaulah pemberi rahmat.
Rabbanaghfirlana wali ikhwaninal ladzina sabaquna bil iman wala taj’al fi qulubina ghillalil ladzina amanu rabbana innaka raufurrahim.
Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman. Dan jangan Engkaubiarkan kekotoral mengisi hati kami. Sungguh Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Allahumma rabbana taqabbal minna shalatana wa du’aana innaka antassami’ulalim.
Ya Allah ya Tuhan kami, terimalah shalat kami, terimalah permohonan kami. Sungguh Engkau Maha mendengar lagi maha Mengetahui. Terimalah taubat kami, sungguh Engkau maha penerima taubat serta Maha Pengayang.
Allahumma inna nas’aluka salamatan fiddin, wa’afiyatan fil jasadi, waziyadatan fil ilmi, wabarokatan fir rizki, watawbatan qablal mawt, warahmatan indal mawt, wamaghfiratan ba’dal mawt. Allahumma hawwin ‘alayna fi sakaratil mawt, wa najata minannari, wa afwa indal hisab.
Ya Allah ya Tuhan kami, kami mohon keselamatan agama, kesehatan jasmani, bertambahnya ilmu dan berkah rizki, dapat bertaubat sebelum mti, mendapat rahmat ketika mati, dan memperoleh ampunan setelah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami paa gelombang sakaratul maut. Bebaskanlahkami dari azb nerakaMu dan memperoleh ampunan ketika kami dihisab.

Jumat, 26 Juli 2013

AGAR HATI TIDAK KIKIR




Ada sebuah do’a sederhana yang jaami’ (singkat dan syarat makna) yang sudah sepatutnya kita menghafalkannya karena amat bermanfaat. Do’a ini berisi permintaan agar kita terhindar dari penyakit hati yaitu ‘syuh’ (pelit lagi tamak) yang merupakan penyakit yang amat berbahaya. Penyakit tersebut membuat kita tidak pernah puas dengan pemberian dan nikmat Allah Ta’ala, dan dapat mengantarkan pada kerusakan lainnya. Do’a ini kami ambil dari buku “Ad Du’aa’ min Al Kitab wa As Sunnah” yang disusun oleh Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf Al Qahthani hafizhahullah.
Do’a tersebut adalah,
اللَّهُمَّ قِنِي شُحَّ نَفْسِي وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُفْلِحِينَ
/Allahumma qinii syuhha nafsii, waj’alnii minal muflihiin/
Ya Allah, hilangkanlah dariku sifat pelit (lagi tamak), dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung

Do’a ini diambil dari firman Allah Ta’ala dalam surat Ath Taghabun ayat 16,
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung

Kosakata

“الشح” berarti bakhl (pelit) lagi hirsh (tamak/ rakus). Sifat inilah yang sudah jadi tabiat manusia sebagaimana Allah berfirman,
وَأُحْضِرَتِ الأنْفُسُ الشُّحَّ
Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir” (QS. An Nisa’: 128).
“الفلاح” artinya beruntung dan menggapai harapan. Yang dimaksudkan al falah (beruntung/menang) ada dua macam yaitu al falah di dunia dan di akhirat. Di dunia yaitu dengan memperoleh kebahagiaan dengan hidup yang menyenangkan. Sedangkan kebahagiaan di akhirat yang paling tinggi adalah mendapat surga Allah.

Kandungan Do’a

Do’a ini berisi hal meminta berlindung dari sifat-sifat jelek yang biasa menimpa manusia yaitu penyakit “syuh” yakni pelit dan tamak pada dunia. Orang yang memiliki sifat jelek ini akan terlalu bergantung pada harta sehingga enggan untuk berinfak atau mengeluarkan hartanya di jalan yang wajib atau pun di jalan yang disunnahkan. Bahkan sifat “syuh” ini dapat mengantarkan pada pertumpahan darah, menghalalkan yang haram, berbuat zhalim, dan berbuat fujur (tindak maksiat). Sifat ini “syuh” ini benar-benar akan mengantarkan pada kejelekan, bahkan kehancuran di dunia dan akhirat. Oleh karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan adanya penyakit “syuh” ini dan beliau menjelaskan bahwa penyakit itulah sebab kehancuran. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
وَإِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ، فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ: أَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا
Waspadalah dengan sifat ‘syuh’ (tamak lagi pelit) karena sifat ‘syuh’ yang membinasakan orang-orang sebelum kalian. Sifat itu memerintahkan mereka untuk bersifat bakhil (pelit), maka mereka pun bersifat bakhil. Sifat itu memerintahkan mereka untuk memutuskan hubungan kekerabatan, maka mereka pun memutuskan hubungan kekerabatan. Dan Sifat itu memerintahkan mereka berbuat dosa, maka mereka pun berbuat dosa” (HR. Ahmad 2/195. Dikatakan Shahih oleh Syaikh Al Arnauth)
Sufyan Ats Tsauri pernah mengatakan, “Aku pernah melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah. Kemudian aku melihat seseorang berdo’a ‘Allahumma qinii syuhha nafsii’, dia tidak menambah lebih dari itu. Kemudian aku katakan padanya, ‘Jika saja diriku terselamatkan dari sifat ‘syuh’, tentu aku tidak akan mencuri harta orang, aku tidak akan berzina dan aku tidak akan melakukan maksiat lainnya’. Laki-laki yang berdo’a tadi ternyata adalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf, seorang sahabat yang mulia. (Dibawakan oleh Ibnu Katsir pada tafsir Surat Al Hasyr ayat 10).
Lalu bagian do’a yang terakhir,
وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُفْلِحِينَ
/Waj’alnii minal muflihiin/
Ya Allah, dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung“.

Maksud do’a ini adalahb jadikanlah orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Jika ia telah mendapakan hal ini, itu berarti ia telah mendapatkan seluruh permintaan dan selamat dari segala derita.
[Tulisan ini disarikan dari kitab “Syarh Ad Du’a minal Kitab was Sunnah lisy Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qahthani”. Pensyarh: Mahir bin ‘Abdul Humaid bin Muqaddam]
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Selasa, 23 Juli 2013

MULIA TIDAK MESTI KAYA

Ini sebuah kisah nyata: ada dua orang wanita yang tinggal serumah. Keduanya selalu menyisihkan sebagian harta yang dititipkan Allah pada mereka dengan cara berinfak. Hal ini mungkin bukan sesuatu yang menarik untuk dibicarakan. Tetapi tunggu, ulama tersebut melanjutkan kisahnya.

Siapakah kedua wanita yang tinggal dalam satu atap itu? Mereka bukanlah anak dan ibu atau kakak beradik. Lalu, siapakah gerangan mereka? Keduanya tak lain adalah seorang majikan dan pembantunya. 

Tanpa diketahui oleh masing-masing, sang pembantu selalu menyisihkan rezeki yang diperoleh setiap kali menerima gaji, demikian pula dengan sang majikan. Secara logika kita pastinya berfikir bahwa penghasilan sang majikan lebih besar dari sang pembantu, maka infaknya pun tentu akan lebih besar. Sang pembantu, berapalah ia mampu infakkan, apalagi harus berbagi dengan kebutuhan hidup dan biaya pendidikan anak-anaknya. 

Namun, Allah mempunyai matematika lain. Dengan gaji tak seberapa plus dipotong infak, ia hidup cukup. Anak-anaknya bersekolah sampai jenjang tertinggi. 

Tentu saja bagi orang beriman yang mengakui bahwa hanya Allah yang berkuasa memberi rezeki, tak kan pernah heran atau terlontar tanya seperti demikian. Karena sudah jelas tercantum firman-Nya dalam Alquran: 

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 261). 

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka, dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” (QS Al-Hadid: 18)

Demikianlah, Allah telah banyak menunjukkan salah satu contoh kekuasaan-Nya melalui kisah serupa. Sebagai sebuah pelajaran supaya cukuplah Allah tempat kita menyandarkan keyakinan sepenuhnya atas rezeki yang diberikan-Nya. Di samping itu kita tidak perlu merasa khawatir untuk bersedekah atau menginfakkan sebagian rezeki yang Allah titipkan tersebut karena janji Allah pastilah benar adanya. Kita pun tak perlu menunggu menjadi orang kaya untuk berbagi rezeki demi mendapatkan kemuliaan di hadapan-Nya. 

“.... Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS Al Hujuraat [49]:13).

Senin, 22 Juli 2013

CARA RASULULLAH BERBUKA PUASA


كَانَ رَسُو لُ اللِّهِ صَلَّى اللَّهً عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أََنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَا تٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَم تَكُنْ حَسَا حَسَواتٍ مِنْ مَاءٍ
“Rasulullah pernah berbuka puasa dengan ruthab (kurma basah) sebelum shalat, kalau tidak ada ruthab, maka beliau memakan tamr (kurma kering) dan kalau tidak ada tamr, maka beliau meminum air, seteguk demi seteguk”
HR Imam Abu Daud
Hal yang sangat menggembirakan dalam berpuasa adalah saat berbuka puasa dan balasan amal di hari kemudian nanti. Kadang kita sebagai umat muslim melupakan bahkan tak mengetahui cara dan menu buka puasa oleh Nabi Muhammad SAW.
Padahal mengikuti sunnah Nabi untuk urusan berbuka puasa lebih baik dan sudah mendapat pengakuan sejumlah pakar.Nabi Muhammad SAW berbuka dengan memakan buah kurma dan meminum air putih. Setelah beberapa menit barulah menyantap makanan atau minuman dengan menu lain. Beberapa alim ulama bahkan kerap mengatakan bahwa setelah menyantap buah kurma dan air, Nabi lalu mengambil wudhu dan menunaikan Shalat Magrib.
Memang buah kurma ditambah air putih sudah dapat mentralkan badan setelah seharian tak terisi. Pakar mengatakan buah kurma mengandung gula alami atau fruktosa yang lebih mudah diserap oleh organ untuk menyuplai energi ke otot-otot. Sehingga usai berbuka dengan kurma dan air putih membuat tubuh kembali lebih segar.Sebaliknya, makanan berat dan meminum air es dan semacamnya lebih retan menghambat pencernaan jika dijadikan menu buka puasa. Apalagi jika berbuka dengan maksud balas dendam setelah seharian berpuasa.Nabi Muhammad baru menyantap makanan lain beberapa menit setelah memakan buah kurma dan meminum air putih. Namun, Nabi berbuka dengan cara yang biasa tanpa banyak makan hingga perut kenyang.
Hadits diatas mengandung beberapa pelajaran berharga, antara lain : [2]

• Dianjurkannya untuk bersegera dalam berbuka puasa.

• Dianjurkannya untuk berbuka puasa dengan ruthab (kurma basah), apabila tidak ada maka boleh memakan tamr (kurma kering), jika tidak ada pula maka minumlah air.

• Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan beberapa buah kurma sebelum melaksanakan shalat. Hal ini merupakan cara pengaturan yang sangat teliti, karena puasa itu mengosongkan perut dari makanan sehingga liver (hati) tidak mendapatkan suplai makanan dari perut dan tidak dapat mengirimnya ke seluruh sel-sel tubuh. Padahal rasa manis merupakan sesuatu yang sangat cepat meresap dan paling disukai liver (hati) apalagi kalau dalam keadaan basah. Setelah itu, liver (hati) pun memproses dan melumatnya serta mengirim zat yang dihasilkannya ke seluruh anggota tubuh dan otak.

• Air adalah pembersih bagi usus manusia dan itulah yang berlaku alamiyah hingga saat ini.

Imam Ibnul Qayim rahimahullaah memberikan penjelasan tentang hadits di atas, beliau berkata : 

“Cara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbuka puasa dengan kurma atau air, mengandung hikmah yang sangat mendalam sekali. Karena saat berpuasa lambung kosong dari makanan apapun. Sehingga tidak ada sesuatu yang amat sesuai dengan liver (hati) yang dapat di disuplai langsung ke seluruh organ tubuh serta langsung menjadi energi, selain kurma dan air. Karbohidrat yang ada dalam kurma lebih mudah sampai ke liver (hati) dan lebih cocok dengan kondisi organ tersebut. Terutama sekali kurma masak yang masih segar. Liver (hati) akan lebih mudah menerimanya sehingga amat berguna bagi organ ini sekaligus juga dapat langsung diproses menjadi energi. Kalau tidak ada kurma basah, kurma kering pun baik, karena mempunyai kandungan unsur gula yang tinggi pula. Bila tidak ada juga, cukup beberapa teguk air untuk mendinginkan panasnya lambung akibat puasa sehingga dapat siap menerima makanan sesudah itu” [3]

Dokter Ahmad Abdurrauf Hasyim dalam kitabnya Ramadhan wath Thibb berkata : 

“Dalam hadits tersebut terkandung hikmah yang agung secara kesehatan, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memilih mendahulukan kurma dan air dari pada yang lainnya sedangkan kemungkinan untuk mengambil jenis makanan yang lain sangat besar, namun karena ada bimbingan wahyu Ilahi maka Rasulullah Shalalllahu ‘alaihi wa sallam memilih jenis makanan kurma atau pun air sebagai yang terbaik bagi orang yang berpuasa. Maka, yang sangat diperlukan bagi orang yang ingin berbuka puasa adalah jenis-jenis makanan yang mengandung gula, zat cair yang mudah dicerna oleh tubuh dan langsung cepat diserap oleh darah, lambung dan usus serta air sebagai obat untuk menghilangkan dahaga.

Zat-zat yang mengandung gula yaitu glukosa dan fruktosa memerlukan 5-10 menit dapat terserap dalam usus manusia ketika dalam keadaan kosong. Dan keadaan tersebut terjadi pada orang yang sedang berpuasa. Jenis makanan yang kaya dengan kategori tersebut yang paling baik adalah kurma khususnya ruthab (kurma basah) karena kaya akan unsur gula, yaitu glukosa dan fruktosa yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh” [4]

Maka, urutan makanan yang terbaik bagi orang yang berbuka puasa adalah ruthab (kurma basah), tamr (kurma kering) kemudian air, kalau itu pun tidak ada, maka boleh menggunakan sirup atau air juice buah yang mengandung unsur gula yang cukup, seperti air yang dicampur sedikit madu, jeruk, lemon, dan sebagainya. [5]

Ustadz DR Anwar Mufti rahimahullaah berkata :

“Sesungguhnya usus menyerap air yang mengandung gula membutuhkan waktu kurang lebih selama 5 menit, hal ini dapat cepat memperkuat tubuh yang sedang lemah. Sedangkan orang yang berbuka puasa dengan langsung makan dan minum yang kurang mengandung unsur gula, maka apa yang telah disantapnya baru diserap oleh lambungnya selama 3-4 jam. Hal ini tidak terjadi bagi orang yang berbuka puasa dengan mengkonsumsi kurma yang banyak mengandung unsur gula karena proses penyerapannya dapat berlangsung relative lebih cepat. [6]

Kurma lebih unggul dari makanan lain yang mengandung gula. Hal ini juga didukung bukti, yaitu segelas air yang mengandung glukosa akan diserap tubuh dalam waktu 20-30 menit, tetapi gula yang terkandung dalam kurma baru habis terserap dalam tempo 45-60 menit. Maka, orang yang makan cukup banyak kurma pada waktu sahur akan menjadi segar dan tahan lapar, sebab bahan ini juga kaya dengan serat. [7]

[Disalin dengan sedikit penyesuaian dari buku Kupas Tuntas Khasiat Kurma Berdasarkan Al-Qur’an Al-Karim, As-Sunnah Ash-Shahihah dan Tinjauan Medis Modern, Penulis Zaki Rakhmawan, Pengantar Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Media Tarbiyah – Bogor, Cetakan Pertama, Dzul Hijjah 1426H]
_______
Footnote
[1]. HR Abu Dawud (no. 2356), Ad-Daruquthni (no. 240) dan Al-Hakim (I/432 no. 1576). Dihasankan oleh Imam Al-Albani dalam Irwa-ul Ghalil fi Takhrij Ahaadits Manaaris Sabiil IV/45 no. 922
[2]. Disadur dari Taudhihul Ahkaam min Bulughil Maram oleh Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqalany yang disyarah oleh Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al-Bassam (II/198 no. 459) cet. Daar ibnu Haitsam, th. 2004M
[3]. Ath-Thibb An-Nabawy (hal. 309) oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, cet. Maktabah Nizaar Musthafa Al-Baaz, th. 1418H
[4]. Dimuat oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly dalam Shahih Ath-Thibb An-Nabawy (hal. 400)
[5]. Catatan kaki yang terdapat dalam Shahih At-Thibb An-Nabawy fi Dhau-il Ma’arif Ath-Thabiyyah wal Ilmiyyah Al-Haditsah (hal. 401) oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly, cet. Maktabah Al-Furqaan, th. 1424H
[6]. Catatan kaki yang terdapat dalam Shahih At-Thibb An-Nabawy fi Dhau-il Ma’arif Ath-Thabiyyah wal Ilmiyyah Al-Haditsah (hal. 401) oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly, cet. Maktabah Al-Furqaan, th. 1424H
[7]. Sebagaimana penjelasan Dr David Conning, Direktur Jenderal British Nutrition Foundation. Dinukil dari makalah kesehatan dari Pusat Kesehatan Universitas Utara Malaysia yang diambil dari www.medic.uum.ed