1

Senin, 03 Juni 2013

SYARAT AGAR AMAL DI TERIMA

Agar amal seorang muslim diterima oleh Allah Swt, harus ada syarat-syarat yang dipenuhi. Salah satu syarat tersebut adalah Amal yang ikhlas karena Allah 

Rasulullah Muhammad Shalallahu Alayhi Wassalam menyindir orang-orang yang berhijrah ke madinah namun tidak ikhlas karena Allah Swt. Beliau bersabda :

عن أمير المؤمنين أبي حقص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ” إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرىء ما نوى. فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه ” رواه إماما المحدثين أبو عبدالله محمد ابن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبه البخاري،  وأبو الحسين مسلم بن الحجاح بن مسلم القشيري في صحيحيهما اللذيب هما أصح الكتب المصنفة

Dari Amirul Mukminin Abu Hafs Umar bin Khoththtoob Rodhiyaallahu ‘anhu ia telah berkata: Saya pernah mendengar Rosuulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ” Sesungguhnya amal perbuatan tergantung kepada niyatnya, dan bagi seseorang tergantung apa yang ia niyatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rosulnya [mencari keridhoannya] maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rosulnya [keridhoannya]. Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau untuk menikahi wanita maka hijrahnya itu tertuju kepada yang dihijrahkan.”
Keikhlasan adalah barang yang teramat mahal dan susah diperoleh. Butuh latihan yang serius untuk menghasilkan pribadi yang ikhlas. Hal ini karena ikhlas sangat berkaitan dengan bersitan hati yang paling dalam. Hanya kita dan Allah Swt saja yang paling tahu apakah amal kita benar-benar ikhlas. Ikhlas sama sekali tidak dapat diwakili oleh perkataan lisan ataupun ekspresi perbuatan.
Secuilpun…Ikhlas tidak berkaitan dengan pengakuan lisan ataupun ekspresi perbuatan
Ikhlas dengan demikian tidak ada hubungannya antara diumumkan ataupun tidak diumumkannya suatu amal. Beberapa orang mengibaratkan ikhlas dengan sebuah perumpamaan yang kurang tepat, meraka mengatakan bahwa yang namanya ikhlas adalah seperti ketika kita buang air di kamar mandi, kita nyalakan kran air terbuka cukup kencang sehingga tidak ada orang yang bisa mendengar bunyi aktivitas BAB yang kita lakukan…mereka mengatakan seperti itulah ikhlas, suatu perbuatan yang tidak diketahui oleh orang lain.

Pemahaman tersebut menurut hemat kami tidak sepenuhnya benar. Lihat saja, sebagian banyak syariat dalam agama ini terdiri dari amal-amal yang harus diketahui orang lain. Sholat berjamaah, ibadah haji, Tilawah Al qur’an, Puasa dengan segala ibadah pengirinya, semua merupakan amal-amal yang harus diketahui oleh orang lain. Jika kita mendefinisikan niat sebagai amal yang ketika melakukannya tidak perlu diketahui orang lain, bagaimana syariat sholat berjamaah, ibadah haji, tilawah, dan juga puasa dapat ditegakan?

Pada sebuah peristiwa peperangan, Rosul pernah memobilisasi para sahabat untuk mengeluarkan hartanya demi kepentingan perang. Umar bin khotob datang lalu menyerahkan 2/3 hartanya kepada rosul, selang beberapa waktu Abu Bakar datang dan mengatakan “Ya Rasul…ini saya infakkan seluruh harta saya untuk kepentingan jihad fii sabilillah ini”..hingga akhirnya umar berkomentar, “Saya tidak pernah bisa menandingi Abu bakar dalam urusan ini”.

Lihatlah fragmen sejarah para sahabat tersebut, kalau keikhlasan dipahami sebagai amal yang tidak perlu diketahui orang lain, maka apakah kita akan mengatakan bahwa para sahabat paling mulia tersebut beramal dengan amal yang tidak ikhlas karena amalnya diumumkan? Tentu saja tuduhan seperti itu merupakan tuduhan yang sangat ngawur.

Menampakan amal atau menyembunyikannya, sama sekali tidak ada hubungannya dengan ikhlas atau tidaknya suatu amal. Karena penentu ikhlasnya amal berada di dalam hati yang paling dalam.

Bisa saja orang beramal secara sembunyi-sembunyi, namun hatinya tidak ikhlas karena Allah, maka amal tersebut ditolak. Sebagai contoh seseorang mahasiswa yang tinggal di sebuah kontrakan bangun di malam hari dengan sangat hati-hati agar tidak diketahui teman-teman yang lain, ke kamar mandi untuk berwudu dengan sangat pelan supaya tidak didengar orang lain, sholat malam sendirian tanpa ada yang mengetahui. Namun pada saat sholat, hati kecilnya mengatakan…”Masya Allah…begitu banyak orang yang tinggal di kontrakan ini…tapi hanya saya yang bangun malam untuk qiyamulail”. Amal yang sudah diupayakan begitu tersembunyi, tidak ada orang lain yang tahu, namun ternyata hatinya bisa saja tidak ikhlas. Muncul rasa ujub dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar