1

Sabtu, 04 Oktober 2014

MENYEMBELIH HEWAN SECARA ISLAMI TERNYATA TIDAK MENYAKITKAN HEWAN

Dunia ilmu pengetahuan kembali membenarkan Ajaran islam, saat ini telah dibuktikan bahwa ternyata Hewan Qurban atau sembelihan apapun oleh ummat islam Tidak Merasa Sakit Ketika Di Sembelih
Benarkan para binatang yang disembelih itu merasakan sakit??
Ternyata sebuah penelitian menunjukan jawaban yang mengejutkan bahwa binatang yang disembelih secara syariat islam tidak merasakan sakit sama sekali.
Penelitian ini dilakukan oleh dua orang staff peternakan dari Hannover University, sebuah Universitas terkemuka di Jerman, yaitu Prof Wilhelm Schulze dan koleganya Dr. Hazim , keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan :
Manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit ??
1. Menyembelih secara syariat islam yang murni/menggunakan pisau tajam (tanpa proses pemingsanan)??
2. Menyembelih dengan cara barat dengan pemingsanan/dipukul kepalanya??
Keduanya merancang penelitian sangat canggih, menggunakan sekelompok sapi yang cukup umur (dewasa).
Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elekroda (microchip) yang disebut Electro Encephalograph (EEG). EEG dipasang dipermukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit ketika disembelih.
Dijantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG dan ECG yang telah terpasang ditubuhnya selama beberapa minggu, setelah adaptasi dianggap cukup maka separuh sapi disembelih sesuai syariat islam yang murni, dan sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi barat.
Dalam syariat islam penyembelihan dilakukan dengan pisau yang tajam, dengan memotong 3 saluran pada leher, yaitu : saluran makan, saluran napas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu arteri karotis & vena jugularis
Syariat Islam tidak merekomendasikan metode pemingsanan sebaliknya metode barat justru mengajarkan bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.
Dari hasil penelitian prof Schultz & Dr Hazim di Hannover University Jerman dapat diperoleh kesimpulan bahw
a :
Penyembelihan menurut syariat islam/menggunakan pisau tajam menunjukan :
Pertama : Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus) tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG, hal ini berarti pada 3 detik pertama setelah disembelih tidak ada indikasi rasa sakit.
Kedua : pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yg sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak), hingga sapi2 itu benar-benar kehilangan kesadaran Pada saat tersebut tercatat pula ECG bahwa jantung mulai meningkatkan aktivitasnya.
Ketiga : Setelah 6 detik pertama ECG pada jantung merekam adanya aktifitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar.
Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yg terputus dibagian leher, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampe zero level (angka nol) Hal ini diterjemah oleh kedua ahli itu bahwa "No Feeling of pain at all !" (tidak ada rasa sakit sama sekali)
Keempat : Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan "healthy meat" (daging yg sehat)
Jenis daging dari hasil sembelih semacam ini sangat sesuai prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Secara Pemingsanan/Dibius/disetrum/dipukul kepalanya cara Barat :
Pertama : Setelah dilakukan proses Stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh & collaps (roboh), setelah itu sapi tidak bergerak lagi, sehingga mudah dikendalikan, Oleh karena itu sapi dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta dan tampaknya tanpa mengalami rasa sakit. Pada saat disembelih darah yang keluar hanya sedikit tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan)
Kedua : Segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG.. Hal ini mengindikasikan adanya tek
anan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan)
Media pemingsanan yg digunakan : Setrum, bius, maupun dengan cara yang mereka anggap paling baik memukul bagian tertentu di kepala ternak dengan alat tertentu pula. Alat yang digunakan adalah Captive Bolt Pistol (CBV)
Ketiga : grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop kebatas paling bawah, akibatnya jantung kehilangan kemampuan untuk menarik darah dari seluruh organ tubuh serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
Keempat : Karena darah tidak tertarik & tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itupun membeku di dalam urat/pembuluh darah dalam daging sehingga dihasilkan "unhealthy meat" (daging yang tidak sehat) dengan demikian menjadi tidak layak dikonsumsi oleh manusia.
Timbunan darah beku yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih merupakan tempat atau media sangat baik bagi tumbuh kembangnya bakteri pembusuk yg dapat merusak kwalitas daging.
Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukannya ekspresi rasa sakit. Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya. Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka pastilah disertai rasa sakit & nyeri, terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar.
Hasil penelitian Prof Schultz dan Dr Hazim justru membuktikan sebaliknya. Yakni pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah "menyentuh" saraf rasa sakit.
Oleh karena itu, keduanya menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekpresi rasa sakit, melainkan sebagai ekpresi 'keterkejutan otot dan saraf' saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras), mengapa demikian ?? hal ini tentulah tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena EEG tidak membuktikan, juga tidak menunjukan adanya rasa sakit.
Nah, jelas bukan, bahwa secara ilmiah ternyata
penyembelihan secara syariat Islam ternyata lebih maslahat. Apalagi ditambah dengan anjuran untuk menajamkan pisau untuk mengurangi rasa sakit hewan sembelihan.


Sungguh benar dan Mulia Muhammad Rasulullah yang telah bersabda 1400 tahun yang lalu "Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelih.

Selasa, 30 September 2014

PENETAPAN IDUL ADHA 1435 H

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah mengumumkan bahwa 1 Dzulhijjah jatuh bertepatan dengan tanggal 25 September 2014, maka Wukuf atau Hari Arafah (9 Dzulhijjah) jatuh pada Jumat, 3 Oktober 2014. Dengan demikian Idul Adha (10 Dzulhijjah) akan jatuh pada hari Sabtu, 4 Oktober 2014

Kementerian Agama RI melalui Sidang Istbat telah menetapkan Idul Adha pada 10 Dzulhijah jatuh pada Minggu, 5 Oktober 2014 seusai sidang itsbat. Selain itu, mendapat laporan dari 70 titik yang disebar dari Sabang hingga Merauke menyatakan semua tidak melihat hilal. Keputusan ini juga berlaku bagi Negara-Negara anggota MABIMS, Yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia dan Singapura. 


Muhammadiyah telah menetapkan Idul Adha 10 Dzulhijah 1435 Hijriah jatuh pada hari Sabtu, 4 Oktober 2014. Penentuan itu berdasarkan perhitungan hisab atau dikenal dengan "hisab hakiki" yang dilakukan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.


Metoda yang digunakan Muhammadiyah adalah hisab hakiki, metode yang berpatokan pada gerak benda langit, khususnya matahari dan bulan sebenarnya. Dalam siaran pers yang ditandatangani Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar, ada tiga kriteria wujudul-hilal sudah terpenuhi.


Ketiganya yakni, harus sudah terjadi ijtima (konjungsi) antara bulan dan matahari, ijtima terjadi sebelum terbenam matahari, dan ketika matahari terbenam bulan belum terbenam, atau bulan masih berada di atas ufuk.


Pada Idul Adha tahun ini, ijtimak menjelang bulan Dzulhijah 1435 H terjadi pada Rabu Legi, 24 September 2014 pukul 13:15:45 WIB atau pukul 09:15:45 Waktu Arab Saudi, karena selisih waktu WIB dengan Arab Saudi adalah empat jam.


Ijtimak terjadi pada siang hari di Yogyakarta yang berarti ijtimak terjadi sebelum terbenam matahari di daerah itu. Hal itu menunjukkan, kriteria pertama dan kriteria kedua wujudul-hilal sudah terpenuhi, yakni terbenam matahari di Yogyakarta, Rabu (24/9) pukul 17:35:30 WIB, sehingga umur bulan pada saat itu 04 jam 19 menit 45 detik.


Untuk kriteria ketiga juga sudah terpenuhi karena berdasarkan perhitungan tersebut, pada saat terbenam matahari di Yogyakarta, 24 September 2014, bulan masih di atas ufuk dengan ketinggian 0.30.04.


Hal itu berarti, saat matahari terbenam, bulan belum terbenam, sehingga hilal sudah wujud. Dengan terpenuhinya ketiga kriteria itu, maka ditetapkan pada 1 Dzulhijah 1435 H dimulai pada saat terbenam matahari, Rabu (24/9), dan konversinya dengan kalender Masehi ditetapkan pada keesokan harinya, Kamis (25/9).



Ustaz Yusuf Mansyur Pimpinan Darul Qur'an  juga menetapkan bahwa Idul Adha  jatuh pada 4 oktober berdasarkan Kalender al Mansuriyah, dengan rujukan hisab Sullamun Nairain, Tuan Guru Mansur, Jembatan Lima, Idul Adha tanggal 4 Oktober 2014 hari. Sabtu, dalam akun Twitter pribadinya, @Yusuf_Mansyur.

Sementara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melalui Pernyataannya menyerukan kepada seluruh umat Islam, khususnya di Indonesia agar kembali kepada ketentuan syariah, baik dalam melakukan puasa Arafah maupun Idul Adha 1435 H, dengan merujuk pada ketentuan ru’yat untuk wuquf di Arafah, dalam hal ini mengikuti Pelaksanaan Ibadah Haji Pemerintah Kerajaan Arab Saudi atau Tgl 4 Oktober 2014.


Demikian pula Majelis Syari’ah Jama’ah Ansharusy Syari’ah JAS berdasarkan informasi hasil rukyat yang dilakukan di Sudair, Tamer dan Shaqra Saudi Arabia, hilal tanggal 1 Dzulhijjah 1435 telah terlihat pada hari Rabu 24 September 2014 sehingga hari kamis 25 September 2014 adalah tanggal 1 Dzulhijjah 1435 H.
Menyatakan bahwa telah sampai berita kepada kita bahwa berdasarkan hasil ru’yatul hilal pada poin no.5 di atas, pemerintah Saudi Arabia menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1435 H jatuh pada hari Kamis 25 September 2014, hari Jum’at 3 Oktober 2014 sebagai hari dilaksanakannya wuquf di Arafah dan hari Sabtu 4 Oktober 2014 sebagai hari raya Idul Adha. Maka atas berbagai pertimbangan di atas Majelis Syari’ah Jama’ah Ansharusy Syari’ah menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1435 H jatuh pada hari Kamis 25 September 2014 dan hari Jum’at 3 Oktober 2014 sebagai hari dilaksanakannya Wuquf di Arafah sedangkan hari Sabtu 4 Oktober 2014 sebagai hari raya Idul Adha.


Dewan Syariah Pusat Partai Keadilan Sejahtera dalam hal Perayaan Idul Adha 1435 Hijriyah juga menetapakan beberapa hal :
1).Shaum ‘Arafah dilakukan sesuai waktu Wuquf Arafah yang bertepatan dengan hari Jumat, 3 Oktober 2014. 
2) Pelaksanaan shalat ‘Idul Adha tahun 1435 H pada hari Sabtu tanggal 4 Oktober 2014 M, dilanjutkan dengan pemotongan hewan qurban hingga tanggal 13 Dzulhijjah 1435 H/ 7 Oktober 2014 M. 
3) Apabila dalam melaksanakan sholat Idul Adha sesuai poin no. 2 di atas menimbulkan haraj dan masyaqqoh dengan lingkungan masyarakat, maka sholat Idul Adha dapat mengikuti keputusan Departemen Agama RI bersama Ormas Islam. 
4) Dalam menjalankan seluruh rangkaian ibadah Idul Adha hendaknya tetap mengedepankan ukhuwah, persatuan umat serta bersinergi dengan masyarakat dan lembaga keagamaan sekitarnya.