1

Minggu, 14 Juli 2013

KEJUJURAN SANG PEDAGANG

Rasulullah SAW melarang jual beli dan transaksi apa pun yang terdapat unsur tipu-menipu di dalamnya. Dan, hendaknya melandasi bisnis yang dijalani dengan kejujuran.  Ini karena, kata Pengasuh Pesantren Motivasi Indonesia Nurul Mukhlisin Bekasi Ustaz Nurul Huda Haem, jujur termasuk sifat wajib dari seorang rasul. Ia mengutip surah at-Taubah ayat 119.      

Kejujuran, katanya, jika diaplikasikan dalam berbisnis, dapat menambah keberkahan rezeki. Ada yang disebut Quantum Berkah Manajemen (QBM), yaitu bagaimana mengelola bisnis menjadi berkah dengan usaha yang jujur. Sesungguhnya, keberkahan itu ada pada hal-hal yang disenangi Allah SWT. 

Misalkan, ibadah tengah malam itu berkah sebab Allah SWT menyenangi hamba-Nya yang melaksanakan shalat tengah malam dan mengingat-Nya. Begitu pula Allah menyukai orang yang jujur dalam berbisnis sehingga rezekinya semakin berkah.
 
Banyak orang yang ingin meraup kekayaan dengan cara yang mudah dan instan. Mereka membenarkan segala hal untuk mencapai tujuannya. Mereka telah dipenuhi oleh nafsunya sendiri. Keinginan mereka untuk mencapai apa yang diinginkannya begitu kuat sehingga tak jarang mereka pun berbuat curang dalam bertransaksi, menipu pembelinya ataupun korupsi. 

Sosok yang akrab dipanggil Gus Enha ini menekankan pada empat hal soal kejujuran, yaitu iman, imun, amin, dan aman. Iman mendorong daya tahan jujur. Maka sebagai imunnya, kita akan terhindar dari perilaku kedustaan. Dampaknya, kepercayaan orang pun akan mengalir (amin) sehingga terciptalah keamanan bersama.    

Segenap kaedah bisnis, katanya, sarat dengan prinsip kejujuran. Tidak menipu, tidak berbohong, tidak curang, tidak zalim, dan tidak menyembunyikan sesuatu yang cacat. Rasulullah sudah terkenal dengan kejujurannya berbisnis.      

Ia menegaskan, penjual dan pembeli itu memiliki hak memilih, pembeli bisa menawar. Transaksi jual beli itu akan berkah jika keduanya berkata jujur tanpa ada yang disembunyikan. Sedangkan, jika mereka curang, berkahnya hilang. 

Yakinlah, kata Gus Enha, kejujuran tak menyebabkan miskin. Tetap berusaha dan senantiasa jujur. Ketahuilah selalu Gusti Allah mboten sare (Allah tidak tidur).  Allah akan memberikan berkah terus menerus kepada kita, ujarnya.  

Pembina Majelis Taklim Rumah Ilmu Al-Hilya Cinere Depok Ustaz Abi Makki mengatakan, dalam berbisnis harus memiliki sifat jujur. Orang jujur itu dapat dipercaya. 

Seperti, Rasulullah yang bergelar al-amin karena terkenal akan kejujurannya. Siti Khadijah tertarik melibatkan Rasul dalam bisnis lantaran gelar tersebut. Orang yang jujur dalam berbisnis biasanya akan menambah berkah dan kebaikan, ujarnya. 

Ia memaparkan, dengan jujur dalam berbisnis, rezeki yang didapat juga berkah. Sebaliknya, ketidakjujuran menghilangkan keberkahan dan kondisi itu berbahaya. Mereka yang curang mengira bisnisnya akan mendatangkan untung melimpah, padahal sejatinya nihil berkah dan akan merepotkan dirinya sendiri kelak. Banyak orang yang hanya menurut pada hawa nafsunya saja, katanya.  

Ada kaedah-kaedah berbisnis ala Islam, termasuk bersifat ihsan, katanya. Ihsan yaitu merasa diawasi oleh Allah SWT. Seseorang yakin Allah mengamati tindak tanduknya.  

Sadarilah, hari perhitungan, hisab akan tiba. Semua perbuatan akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Bila ini ditekankan, niscaya akan terhindar dari kedustaan berbisnis.  

Ia menjelaskan, saat berdagang, Rasulullah selalu jujur dalam menjelaskan kualitas barang. Misalkan (merujuk pada saat sekarang), jika barangnya original maka disebut original. Jika barangnya premium maka disebut premium, KW1, dan seterusnya. Sehingga, pembeli tidak merasa dirugikan. Selain itu, jangan lipat gandakan harga, sewajarnya saja. Dan, tak lupa niatkan berbisnis untuk Allah SWT.     

Ustaz Abu Makki pun menyarankan agar berbisnis disertai dengan qanaah, yaitu merasa cukup. Pada hakikatnya, segala pemberian Allah yang telah diterima sudah tentu baik. Tetapi segala apa yang belum didapat, belum tentu baik bagi kita, ujarnya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar